follow me #yogisunardi

Instagram

Twitter:

Pages

Wednesday, October 31, 2012

Situ Lembang - The beauty and hidden place




 (di muat pada Harian Pikiran Rakyat pada 16 September 2012, rubrik Bike to Boseh)

"Tidak akan pernah bosan" mungkin kata-kata itu tepat untuk menjelajahi dan menikmati keindahan Situ Lembang dan Sekitarnya.

Kalau sudah bersepeda ke Situ tidak lengkap jika belum mencicipi single treck Siweh, bila ada kesempatan dan yang beruntung saja yang bisa mencobanya karena wilayah ini masuk ke dalam kategori "Restricted Area"....tanya kenapa? :D
Share On:

Kegiatan Bersepeda di Perusahaan


(di muat pada Harian Pikiran Rakyat pada 09 Desember 2012, rubrik Bike to Boseh)

KEGIATAN BERSEPEDA DI PERUSAHAAN

Sabtu lalu 27/10/2012 saya mendapat kan undangan dari Wayang Windu Gowes Club (WWGC) untuk ngaboseh bareng 50 bikers dengan menempuh rute on road (aspal) dari Sumedang menuju Subang.
WWGC sendiri merupakan kelompok bersepeda yang didirikan tahun 2005 oleh pelopornya Bapak Paul Taylor, Bapak Budhi Satrio dan Bapak Dokter Soedarmadji di perusahaan geothermal yang berlokasi di Wayang Windu Pangalengan.

Pada kurun waktu tersebut bermunculanlah penggiat sepeda mulai dari karyawan sampai dengan pekerja dari pihak ketiga perusahaan yang akhirnya bisa mencapai puluhan pesepeda. Adik saya yang juga pegawai di perusahaan tersebut akhirnya juga tertular virus bersepeda itu yang pada akhirnya menjangkiti saya juga.
Saat itu kegiatan bersepeda diperusahaan rutin dilakukan tiga sampai dengan empat kali dalam satu tahun dengan rute mulai dari on road seperti trip ke Pangandaran, Ranca Buaya, Cidaun, Gunung Halu, Waduk Cirata, Kawah Drajat Garut, Lintas Gn.Papandayan, Pantai Santolo Garut sampai dengan off road di seputaran Pangalengan juga Kiara Payung ke Maribaya.

Sebelum dilaksanakannya trip bersepeda ini biasanya penitia melakukan survey terlebih dahulu apakah treknya gowesable atau bisa dilalui dengan sepeda juga lokasi kuliner untuk makan siang sampai dengan penginapan untuk trip yang jauh seperti ke Pangandaran, Ranca Buaya dan Santolo.

Dikarenakan rute yang ditempuh rata-rata mencapai puluhan Kilometer dan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) juga Safety perusahaan maka kegiatan perjalanan bersepeda selalu didukung kendaraan operasional untuk antisipasi bila ada goweser yang terluka, kelelahan dan perbekalan sampai dengan tim mekanik bila ada sepeda yang mengalami kerusakan di tengah perjalanan.

Trip WWGC sabtu lalu di mulai pukul 08.00 dari pelataran parkir wisata Gunung Kunci kota Sumedang akan menempuh jarak 50Km menuju kota Subang. Setelah sebelumnya dilakukan briefing dari ketua panitia, senam pemanasan dan tidak lupa untuk berdoa bersama.

50 pesepeda berangsur mengayuh sepedanya melalui jalan-jalan pinggiran kota Sumedang, cuaca pagi itu mendung dan udara terasa sejuk karena Jumat malam kota Bandung sampai kota Sumedang rata terguyur hujan.

Ada yang menarik perhatian saya di mana ada seorang peserta yang memboncengi anaknya dalam perjalanan itu, semoga menjadi pengenalan dan menarik bagi anaknya ke dunia bersepeda. Tak lama berselang kami disuguhi sawah-sawah yang menghijau di kiri kanan kami. Sambil menikmati keindahan perjalanan kami, tak lupa saya mengabadikannya melalui kamera sebagai kenangan di kemudian hari.

Pada perbatasan antara kota Sumedang dan kota Subang kami secara tidak sengaja bertemu iring-iringan kegiatan seni budaya “Kuda Renggong” yang mana Pak Esuh sang Ketua Panitia trip ini menjelaskan bahwa kegiatan seni ini dilakukan untuk membawa keliling anak-anak terlebih dahulu yang mana pada akhirnya anak-anak tersebut akan dikhitan, anak-anak tersebut menaiki kuda yang kami perhatikan kuda-kuda tersebut seakan menari dengan melompat-lompat kecil dan berjalan perlahan sambil diiringi musik yang dilantunkan oleh tim pengiring di belakang kuda-kuda tersebut.

Setelah iring-iringan tersebut berlalu kami disuguhkan tanjakan-tanjakan yang berliku-liku sebelum terbayarkan dengan jalan yang menurun dan berliku sehingga kami harus waspada dan tetap berhati-hati.
Sebelum memasuki daerah Kaso Malang Subang jalan mulai mendaki lagi dan pemandangan di kiri kanan kami saat itu adalah perkebunan nanas dan perkebunan teh, cuaca tengah hari itu mendung sekali yang membuat kami bertanya dalam hati apakah jas hujan semalam tidak terlupa saat kami mempersiapkan tas ransel sepeda sebelum keberangkatan.

Tepat Pukul 13.00 akhirnya kami tiba di rumah makan di Jalan Raya Cagak Subang dan tak lama berselang hujan lebat pun turun. Sambil menikmati hidangan yang disajikan kami saling bercerita kegiatan bersepeda yang baru saja kami lakukan diselingi dengan canda dan tawa. Selesai sholat Dzuhur kami berfoto bersama-sama sebelum kami kembali ke rumah kami masing-masing.

Yogi Sunardi
Penikmat Sepeda dan Fotografi











Share On:

Amazing Single Track "Palintang - Genteng - Kiara Payung"








 (di muat pada Harian Pikiran Rakyat pada 28 October 2012, rubrik Bike to Boseh)
 (di muat pada Majalah SEPEDA)



Berkawan Banyak Dengan Bersepeda. 


Bermula dari ajakan Kang Indra Anggara ketua GBT-MTB (Goweser Bandung Timur) untuk mencoba “Amazing Single track”: Puncak Palintang - Genteng - Kiara Payung, disepakatilah kegiatan ini pada hari Sabtu 06 Oktober.

Beberapa rekan pada akhirnya berhalangan untuk ikut ngaboseh sehingga hanya kami berdua yang berangkat dan janjian untuk bertemu di batas desa Palintang pukul 8.00

Saya sendiri mulai start dari Mesjid Ujungberung pukul 06.00 dengan kayuhan santai desa Palintang dapat ditempuh dalam waktu 2 jam, melalui beberapa tanjakan termasuk tanjakan panjang dan beberapa tanjakan lainnya. Perlu ekstra hati-hati untuk melaluinya karena jalan di daerah ini relatif sempit untuk kendaraan roda empat untuk berpapasan.   

Dalam perjalanan saya bertemu dengan rekan-rekan dari Terjal MTB Bandung yang sudah lama saya kenal tetapi baru hari itu kami bertemu kembali sehingga  tali silaturahmi dapat terus terjaga dengan baik.

Ditemani rekan-rekan terjal saya tiba di batas desa Palintang di kaki gunung kasur antara gunung Palasari dan gunung Manglayang pukul 08.00. Sambil menunggu Kang Indra tiba, saya berbincang dengan Kang Eep punggawa dari Terjal MTB Bandung bahwa mereka pada hari itu akan meng-guide rekan-rekan dari Roger Bagen MTB Bekasi untuk boseh seputaran gunung Palasari tepatnya Palasari 9.

Di gunung Palasari terdapat beberapa single track yang semuanya berawal dari desa Palintang dan berakhir ada yang di desa Arcamanik, Caringin Tilu, bahkan ada yang berakhir di Padasuka.

Ketika Kang Indra tiba dan kami sepakat untuk tetap ke rute kami semula akhirnya kami berpamitan dengan rekan-rekan yang lain.

Saat kami berdua dalam perjalanan menuju puncak Palintang kami bertemu 9 rekan-rekan dari Buah Batu, kami berkenalan dan mereka menanyakan tujuan gowes kami, pada awalnya Pak Liliek dan rekannya akan sepedaan ke Palasari 2. Setelah mereka berembuk akhirnya sepakat untuk bergabung dengan kami berdua.

Cuaca di Bandung pada Jumat malam diguyur hujan yang cukup lebat yang cukup membuat perjalanan kami di puncak Palintang terasa sejuk dan berkabut tipis, tiba  di puncak Palintang kami mengambil jalur kanan dan dari sinilah perjalanan single trek kami dimulai dan akan berakhir di Kiara Payung, menurut Kang Indra single trek ini dengan jarak 15Km dan menurun...Wow.

Baru beberapa saat kami mencicipi single trek hujan lebat pun datang dan beruntung masih ada warung tenda sehingga kami dapat sesaat berteduh sambil menikmati mie instan, gorengan, teh manis dan kopi.

Setelah hujan cukup reda dan memasukan gadget dan kamera ke dalam plastik supaya tidak basah, perjalanan kami lanjutkan.

Kabut dari sisa hujan menaungi perjalanan kami dan dengan mantap kami mengayuh untuk menuntaskan perjalanan kami sambil menikmati keindahan alam di kiri kanan kami.
Trek yang menurun dan setelah dibasahi dengan hujan cukup membuat lintasan yang kami lalui menjadi licin tetapi kami masih dapat melaluinya dengan menggowes (gowesable).

Disela-sela perjalanan kami berbincang dengan rekan-rekan yang baru saja kami kenal dan tanpa terasa kami mudah akrab dan sekali-sekali kami bergurau tentang sesuatu.
Tak lama berselang setelah menuruni turunan yang curam kami harus melintasi anak sungai dan kami melaluinya dengan melintasi sebatang kayu, dengan saling membantu diantara kami akhirnya kami tiba di seberang. Kami beristirahat sejenak di bawaha pohon-pohon pinus yang rimbun dan diselingi dengan foto-foto

Tidak lama berselang perjalanan kami lanjutkan dan kami menemui anak sungai kembali yang airnya sangat jernih yang kemudian dipakai oleh beberapa rekan kami untuk mencuci sepedanya terutama untuk membasahi dan membersihkan brake pad yang terkena lumpur supaya tidak cepat habis.

Setelah sungai kedua tersebut kami disuguhi jalur silet di mana itu adalah jalan setapak yang di kiri kami adalah sawah dan di sebelah kanan kami ada sungai kecil sehingga kami dihadapkan antara menuntun sepeda atau mengayuhnya. Pilihan yang sulit dengan resiko terjatuh karena bekas hujan sehingga membuat licin lintasan tersebut.
Pukul 14.00 akhirnya kami mulai ketemu perkampungan dan memasuki jalan aspal yang menurun panjang menuju Kiara Payung. Dalam perjalanan yang menurun tersebut akan ditemui pertigaan bila ke kiri akan menuju Tanjung Sari sedangkan yang ke kanan akan menuju Jatinangor.

Tak lama berselang kami tiba di warung Emak yang sudah terkenal di kalangan pesepeda dengan menu minuman jahe campur gula merah dan makanan nasi dengan lauk ikan ayam goreng dan gepuk juga sambalnya yang khas dihidangkan dadakan sehingga hangat dalam penyajiannya.

Akhirnya setelah acara puncak tersebut kami harus berpisah dan tak lupa kami saling tukar no handphone agar tali silaturahmi tetap dapat terjaga.

Yogi Sunardi
Penikmat Sepeda dan Fotografi
Share On:

Tuesday, October 30, 2012

B2W melalui jalan tol ketika banjir di Jakarta 2007

Share On: