follow me #yogisunardi

Instagram

Twitter:

Pages

Wednesday, June 10, 2015

Umrah, Sebuah Perjalanan (Bagian 2. Mekkah)







Medina - Mecca, 15-20 May 2015

Selepas Sholat Jumat, sesuai arahan Pembimbing Pak Ustadz Dindin Jamaludin kami bergegas menuju restaurant di Hotel untuk makan siang dan segera kembali menuju kamar untuk menggunakan baju ihram.

                                               Tepat pukul 14.00 bis kami mulai bergerak perlahan untuk menuju tempat Miqat kami di Masjid Bir Ali, bis masih jalan perlahan dan terkadang berhenti dikarenakan lalulintas di sekitar Masjid Nabawi masih padat selepas berakhirnya waktu Sholat Jumat.

Tiba di Masjid Bir Ali kami menuju toilet sekedar memastikan bahwa sudah menutup aurat untuk menghindari Dam karenanya, selanjutnya kami Sholat dua rakaat sebelum diucapkan niat untuk Ibadah Umrah.

Perjalanan panjang pun dimulai saat bis kami mulai masuk tol, hamparan gurun pasir membentang di kanan kiri kami. Pak Dindin masih terus melantunkan Talbiyah yang masih terus kami ikuti hingga pada akhirnya kami tertidur mungkin karena kami lelah.


Di tengah perjalanan panjang ini kami berhenti di rest area yang ada, di sana kami akan menikmati teh tarik dan hidangan baso yang penjualnya merupakan orang Indonesia.

Angin saat kami tiba bertiup sangat kencang sehingga saat hendak turun dari bis, saya sendiri harus melihat apakah pakaian ihram masih dengan sempurna menutupi aurat tubuh ini.

Di rest area ini saya tidak berlama-lama di luar bis untuk menghindari masuk angin, saat itu kami baru separuh waktu dalam perjalanan 5-6 jam kami. Akhirnya jemaah lain pun satu persatu mulai menaiki bis kembali, setelah lengkap Pak Dindin mulai membaca Talbiyah kembali dan lagi-lagi pada akhirnya kami tertidur pulas kembali.

Saat mata ini mulai terbuka dan sadar sepenuhnya ternyata hari mulai gelap saat Bis mulai memasuki gerbang keluar tol, setelah saya cek melalui Google Maps ternyata posisi bis sudah mendekati Kota Mekkah Al Munawarah.

Bis masih bisa melaju cukup cepat hingga pada akhirnya mulai mengurangi kecepatan saat Zam Zam Tower mulai tampak terlihat, tak lama berselang bis berhenti sama sekali karena saat itu di Masjidil Haram baru selesai atau bubaran Sholat Isya yang membuat lalu lintas padat merayap.

Alhamdulilah tak lama kemudian kami tiba di Hotel tempat kami menginap 4 malam ke depan, Hotel hanya berjarak 100m dari Masjidil Haram. Kami langsung menuju tempat makan malam sambil menunggu kunci kamar yang dibagikan pihak panitia.

Menu kepiting dan makanan lain yang tersaji khas Indonesia tidak dapat kami nikmati dengan lahap karena khawatir pakaian ihram kami kotor dan khawatir kekenyaan yang akan menghambat ibadah umrah kami.

Kami hanya 10-15 menit di kamar karena sesuai jadwal yaitu pukul 23.00 kami harus segera memulai ibadah umrah kami. Tidak dibutuhkan waktu lama bagi jemaah di Group 2 untuk berkumpul di Lobby Hotel.

Dengan mengucap Bismillahirohmanirohim kami segera berangkat dan Pak pembimbing mulai mengucapkan Talbiyah yang dikuti kami secara lantang hingga mulai memasuki pintu Masjidil Haram. Di dalam kami mulai mencari beberapa shaf yang kosong untuk Shalat Isya dan Maghrib Qashar.

Selesai sholat kami mulai memasuki tempat thawaf sambil mulai membentuk formasi yang telah ditetapkan sebelumnya di mana jemaah pria membuat 4 di depan dan keliling persegi panjang sedangkan para ibu-ibu berada di tengah persegi panjang tersebut. Ucapan Talbiyah masih kami kumandangkan dan tak terasa air mata ini mulai membasahi pipi ini, kami terharu ya Allah melihat Kabah yang berdiri tegak di hadapan kami. Kalimat Talbiyah mulai terbaca tidak setegas sebelumnya karena kami masih terharu dan sesekali terucap kalimat "Allahu Akbar". Kalimat Talbiyah masih terus terucap hingga menuju lintasan segaris antara Hajar Aswad dengan Lampu Hijau di kanan kami.

Di lintasan garis ini kami mulai membaca: بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ

Selanjutnya kami mulai mengikuti doa thawaf putaran 1 yang dilantunkan oleh pembimbing kami hingga menuju Rukun Yamani, membaca doa antara Rukun Yamani hingga posisi Hajar Aswad berada.

Begitu seterusnya hingga 7 putaran. Begitu selesai kami Shalat Sunnah di shaf belakang maqam Ibrahim. Total jarak dalam thawaf sesuai handheld saya sejauh kurang lebih 1 Km, saya baru sadar untuk mematikannya saat sudah di dalam Masjidil Haram hendak kembali ke penginapan.
Tak lama berselang kami menuju tempat Sai antara bukit Shafwa dan Marwah, doa terus kami panjatkan yang kali ini kami mengikuti asisten pembimbing kami yaitu Khairul Muawfiq. Begitu lantangnya doa-doa yang kami panjatkan membuat kelompok kami menjadi pusat perhatian bagi jemaah lain dari belahan dunia lainnya, sampai membuat pekerja di Masjidil Haram berucap "Indonesia Haji Bagus!!!"

Akhirnya Ibadah Umrah kami selesai saat kami Tahalul atau menggunting rambut begitu selesai Sai, kami selanjutnya berkumpul dekat Rumah Kelahiran Nabi Muhammad (Maulid Nabi) arah timur dari Masjidil Haram.


Setelah berisirahat sejenak sambil menikmati segarnya air zam zam, kami kembali memasuki masjidil Haram untuk Shalat Sunnah malam di Hijir Ismail, disini kami mulai berdesak-desakan seperti di Raudah tetapi di sini jemaah pria berdesakan dengan jemaah wanita. Selesai dari sini saya berdua dengan istri mengambil posisi shaf dekat maqaam Ibrahim sambil menunggu waktu Shalat Subuh tiba.


Akhirnya kami mulai bergerak menuju pintu 89-90 Masjidil Haram untuk kembali ke Hotel untuk mandi dan istirahat sebelum waktu sarapan tiba, sebelum sampai di hotel saya dan istri mampir ke Barbershop di sisi kanan ekskalator yang menuju Hotel. Di sini sesuai niat dari tanah air saya bercukur botak licin walaupun harus membayar SAR 30 atau sekitar seratus ribu Rupiah saat itu. Sempat bertemu beberapa jamaah lain dan mengatakan nanti saja untuk cukur di tempat lain yang jauh lebih murah akan tetapi dengan alasan sudah lelah dan ingin cepat mandi dan istirahat maka cukur botak tetap saya lanjutkan.


Selesai mandi dan sarapan kegiatan berikutnya hanya istirahat di kamar hotel hingga waktunya sholat Dzuhur tiba. Kegiatan rutin lain masih sama seperti Masjidil Nabawi yaitu Shalat Malam sebelum waktu Shalat Subuh tiba dan sebelumnya mencoba mencium Hajar Aswad, Berdoa di Multazam.


Hari Minggu pagi setelah sarapan kami berkumpul di lobby hotel untuk selanjutnya city tour ke:
  • Jabal Tsur
  • Jabal Rahmah
  • Padang Arafah,
  • Mina
  • Jabal Nur 
  • Museum
  • Jalan-jalan hari ini tidak berlangsung lama karena kami sudah tiba kembali di hotel sebelum waktu Dzuhur tiba.


Sempat melihat-lihat di dalam museum terdapat maket untuk perluasan Masjidil Haram yang menurut rencana akan selesai tahun 2017, Insya Allah kuota haji Indonesia yang saat ini terpangkas 20% yang berakibat setelah mandaftar harus menunggu 10-12 tahun ke depan untuk  keberangkatannya akan bisa normal kembali seperti dulu.

Dari TV yang tersedia di hotel terlihat akan progress perluasan masjid tersebut, apakah ring 2 dan ring 3 seperti yang tampak di tengah-tengah mengelilingi Kabah akan di hilangkan? sehingga Masjidil Haram akan terlihat lebih luas dibandingkan sekarang.


Suhu tercatat mencapai 41 C terpampang jelas pada monitor di dinding Masjidil Haram saat saya dan istri menuju Masjid tersebut hendak menjalankan ibadah shalat Ashar, karena kacamata tertinggal di hotel. Matahari yang terik saat itu membuat mata saya menyipit karena silau sekali. Sedangkan pada jam tangan saya saat berada di dalam Masjid menunjukan 38 C.


Saya dan Istri dan para Jemaah lainnya diinstruksikan berkumpul di dalam masjidil Haram sesaat setelah Shalat Ashar karena pembimbing kami mengadakan Ceramah tentang menjaga keutamaan akan  Keutuhan Keluarga. Dari sini saya berdua istri dan Pak Saman beserta istri berniat untuk Thawaf Sunnah di dekat Kabah. Begitu selesai kami mencoba mendekati Hajar Aswad kembali.



Pak Saman kali ini memberikan informasi akan adanya pembagian buku gratis di pintu keluar hotel yang berisi mengenai tafsir Quran, sedangkan di dalam masjidil Haram ada counter khusus untuk pembagian buku ini tetapi ketika di sambangi hanya terdapat edisi English saja.

Di antara waktu ibadah yang cukup ketat, ada waktu bebas bagi kami untuk berjalan-jalan santai di pertokoan baik itu di Hilton Shopping centre maupun di pertokoan Zam Zam Tower sambil menikmati ice cream kembali, harap maklum karena saya bekerja di line business yang berhubungan dengan ice cream ya hitung-hitung buat perbandingan nantinya.
Senin dini hari, saya berdua istri memutuskan untuk Sholat Malam di Ring 3 Kabah atau letaknya paling atas. Sesudah shalat subuh kami Thawaf sunnah di sini. Letak pintu masuk ke ring 3 ini adalah kalau dari arah Selatan Masjidil Haram tidak langsung masuk lurus ke dalam masjid tapi agak ke kanan menaiki 2 ekskalator hingga ke atas, di atas nantinya ada dua pilihan akan ke ring 3 atau ke ring 2 ( La Piazza). Total jarak thawaf sunnah di ring 3 adalah 2.2Km

Kami dari ring 3 sempat mengabadikan beberapa foto sebagai kenang-kenangan begitu pula dengan di depan Masjidil Haram saat kembali menuju Hotel tempat kami menginap.



Akhirnya waktu yang tidak ditunggu pun tiba ketika kami harus mengucap salam perpisahan dengan Thawaf Wada pada Selasa dini hari, Kami bersama-sama sholat sunnah di depan kabah sebelum melakukan Thawaf ini. Begitu selesai Thawaf kami menuju Multazam dan Hajar Aswad juga Hijir Ismail sekali lagi.

Dari sini kami hanya melakukan Shalat Subuh di Kamar Hotel karena kami sudah melakukan salam perpisahan dengan Kabah, ya Allah belum tiba di tanah airpun kami sudah kangen untuk bertemu kembali dengan Kabah.

Sesuai kesepakatan sebelumnya kami bertemu di Lobby Hotel pukul 07.00 untuk selanjutnya berangkat menuju Kota Jeddah untuk berbelanja terakhir di Chornise Shopping centre.

Di sini bagi yang membutuhkan oleh-oleh Kurma dan lainnya bisa ke Toko Ali Murah sedangkan bagi yang membutuhkan Parfume bisa menuju lantai 5. Di sini tersedia berbagai jenis merk Parfume dan harus pintar untuk menawar, biasanya mereka menawarkan potongan harga dari 20-40%.
Selesai dari Chornise para Jemaah sebelum menuju King Abdul Azis Airport terlebih dahulu dijamu makan Tomyam di Restaurant Thailand yang cukup terkenal di Kota Jeddah ini terlihat penuhnya tempat duduk yang tersedia.

Tak lama berselang tibalah kami di Bandara yang mengharuskan kami kembali ke tanah air walaupun kami masih betah untuk beribadah di sini terutama di Masjidil Nabawi di Kota Madinah sana. Kami tiba tepat waktu walaupun pesawat yang akan membawa kami terlambat berangkat 30 menit dari jadwal seharusnya pukul 18.00 atau pukul 22.00 waktu Indonesia.

Saat kami tiba pihak penyelenggara lagi-lagi memberi nasi kotak padahal saya dan istri masih terasa kenyang, mungkin hal ini baik bila sampai terjadi pesawat delay keberangkatannya. Last minute sebelum Boarding akhirnya saya dan istri memutuskan untuk memberikan jatah nasi kotak kami kepada petugas kebersihan bandara dengan pertimbangan kami akan menikmati makan malam di pesawat juga mengurangi beban bawaan kami tentunya.

Hanya doa yang terucap "Ya Allah terima kasih atas nikmat karunia yang telah Kau berikan kepada kami dengan memberi kesempatan berkunjung dan beribadah di Masjidil Nabawi dan Masjidil Haram." semoga kami bisa kembali lagi ke sini suatu hari nantinya..Amin Insya Allah.

Bila mengutip dari Status-nya Bro Dody Johanjaya di Media Sosial Path yang bermakna sangat dalam:

"Semua perjalanan selalu ditutup dengan Pulang, entah perjalanan itu jauh dan panjang ataukah hanya perjalanan di akhir pekan atau bahkan sekedar perjalanan ke kantor setiap hari. Kita selalu butuh Pulang. Mungkin itulah hakikat dari sebuah perjalanan, memberi kesempatan untuk mengingat arti Rumah dan orang-orang yang kita cintai. Memberi arti Menanti bagi mereka, memberi arti bagi rindu. Memaknai Cinta yang kerap pudar artinya jika tidak kita selingi sesekali dengan jarak dan perjalanan. Dengan rasa kehilangan yang kedalamannya tertakar sempurna"

Alhamdulillah begitu tiba di tanah air, kami dari Group 2 sepakat untuk tetap melanjutkan silaturahmi ini. Sepakat kami beranggapan bahwa ini adalah awal dari sebuah keluarga baru kami, terbukti setelah 2.5 minggu berpisah saat diterimanya koper kami di kantor bimbingan di bilangan Taman Cibeunying.

Kami diberi kesempatan berkumpul kembali di salah satu rumah makan di bilangan jalan Progo Kota Bandung. Kami sepakat untuk menikmati Nasi Mandi khas negeri Arab Saudi dan sepakat pula kami untuk bertemu kembali saat Halal Bihal setelah Lebaran 1436H nanti.di Sate Maranggi Cibungur Purwakarta, rumah makan yang sama saat kami dalam perjalanan pulang dari Bandara Sukarno Hatta menuju Kota Bandung.







Tak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa nama berikut ini yang telah menjadi sahabat/partner dan keluarga dalam Perjalanan Ibadah Umrah ini:
  • Qiblat Tour
  • Pak Ustadz DR. H. Dindin Jamaludin
  • Pak H. Muafiq
  • Pak H. Ayi dan Istri
  • Pak H.Meka dan Istri
  • Ibu Hj. Entin
  • Pak H. Asep, Pak H. Nono dan Pak H. Gunawan
  • Ibu Hj.Dedeh, Ibu Hj. Enok, Ibu Hj. Idoh, Ibu Hj. Elnita, Ibu Hj. Rikrik, Ibu Hj. Yusi
  • Pak H. Cahya dan Istri
  • Pak H.Asep dan Istri
  • Pak H. Isa dan Keluarga
  • Pak H. Irwan dan Istri
  • Pak H. Billy dan Pak H.Syarif
  • Ibu Hj. Diana dan Ibu Hj. Rosdiana, Ibu Hj. Lia
  • Pak H. Yani dan Istri
  • Pak H. Asep Herman dan Keluarga
  • Pak H. Dadan dan Istri
  • Pak H. Saman dan Istri
  • Pak H. Bona, Ibu Hj, Irma dan Putrinya
  • Pak H. Novi dan Istri
  • Anita istri tercinta, Orang tua dan putra kami tercinta Zaki serta Daffa
Bila mengutip sharing dari Pak Haji Dadan di WA group kami "Qibla 12052015"

Pada suatu ketika, Rasulullah Saw bertanya kpd para sahabat, "Siapakah yg paling luar biasa imannya?
Para sahabat menjawab, "Malaikat, ya Rasulullah."
Balas Rasulullah,
"Sudah tentulah malaikat luar biasa imannya, karena mereka senantiasa di sisi Allah Swt."
Kemudian para sahabat, menjawab lagi, "Para nabi, ya Rasulullah."
Rasulullah berkata,
"Para nabi sudah tentu hebat imannya, karena mereka menerima wahyu daripada Allah Swt."
Para sahabat mencoba lagi, "Kalau begitu kamilah yang paling beriman."
Jawab Rasulullah,
"Aku berada di tengah2 kalian, sudah tentulah kalian orang yang paling beriman."
Lalu, salah seorang sahabat berkata, "Kalau begitu, Allah dan Rasul Nya sajalah yang mengetahui."
Maka dengan nada perlahan, Rasulullah berkata,
"Mereka adalah umat yang hidup selepas aku. Mereka membaca Al Quran dan beriman dengan isinya"
Orang yang beriman denganku dan pernah bertemu denganku, adalah orang yang bahagia.
"Namun orang yang tujuh kali lebih bahagia adalah mereka yang tidak pernah bertemu aku tetapi mereka beriman denganku."
Rasulullah diam sejenak. Kemudian, beliau menyambung dengan suara yang lirih,
"Sungguh, aku merindukan mereka.."
Allahumma solli alaa Muhammad waala aalihi wasohbihi ajmaiin

Marhaban ya Ramadhan
Selamat menjalankan ibadah shaum Ramadhan
Semoga ibadah di tahun 1436H ini bisa lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya..Amin, Insya Allah

























































































































Share On: