(di muat pada Harian Pikiran Rakyat pada 28 October 2012, rubrik Bike to Boseh)
(di muat pada Majalah SEPEDA)
Berkawan Banyak Dengan Bersepeda.
Bermula dari ajakan Kang Indra Anggara ketua GBT-MTB (Goweser Bandung Timur) untuk mencoba “Amazing Single track”: Puncak Palintang - Genteng - Kiara Payung, disepakatilah kegiatan ini pada hari Sabtu 06 Oktober.
Beberapa
rekan pada akhirnya berhalangan untuk ikut ngaboseh sehingga hanya kami berdua
yang berangkat dan janjian untuk bertemu di batas desa Palintang pukul 8.00
Saya
sendiri mulai start dari Mesjid Ujungberung pukul 06.00 dengan kayuhan santai desa
Palintang dapat ditempuh dalam waktu 2 jam, melalui beberapa tanjakan termasuk
tanjakan panjang dan beberapa tanjakan lainnya. Perlu ekstra hati-hati untuk
melaluinya karena jalan di daerah ini relatif sempit untuk kendaraan roda empat
untuk berpapasan.
Dalam
perjalanan saya bertemu dengan rekan-rekan dari Terjal MTB Bandung yang sudah
lama saya kenal tetapi baru hari itu kami bertemu kembali sehingga tali silaturahmi dapat terus terjaga dengan
baik.
Ditemani
rekan-rekan terjal saya tiba di batas desa Palintang di kaki gunung kasur
antara gunung Palasari dan gunung Manglayang pukul 08.00. Sambil menunggu Kang
Indra tiba, saya berbincang dengan Kang Eep punggawa dari Terjal MTB Bandung
bahwa mereka pada hari itu akan meng-guide rekan-rekan dari Roger Bagen MTB
Bekasi untuk boseh seputaran gunung Palasari tepatnya Palasari 9.
Di
gunung Palasari terdapat beberapa single track yang semuanya berawal dari desa
Palintang dan berakhir ada yang di desa Arcamanik, Caringin Tilu, bahkan ada
yang berakhir di Padasuka.
Ketika
Kang Indra tiba dan kami sepakat untuk tetap ke rute kami semula akhirnya kami
berpamitan dengan rekan-rekan yang lain.
Saat
kami berdua dalam perjalanan menuju puncak Palintang kami bertemu 9 rekan-rekan
dari Buah Batu, kami berkenalan dan mereka menanyakan tujuan gowes kami, pada
awalnya Pak Liliek dan rekannya akan sepedaan ke Palasari 2. Setelah mereka
berembuk akhirnya sepakat untuk bergabung dengan kami berdua.
Cuaca
di Bandung pada Jumat malam diguyur hujan yang cukup lebat yang cukup membuat perjalanan
kami di puncak Palintang terasa sejuk dan berkabut tipis, tiba di puncak Palintang kami mengambil jalur kanan
dan dari sinilah perjalanan single trek kami dimulai dan akan berakhir di Kiara
Payung, menurut Kang Indra single trek ini dengan jarak 15Km dan menurun...Wow.
Baru
beberapa saat kami mencicipi single trek hujan lebat pun datang dan beruntung
masih ada warung tenda sehingga kami dapat sesaat berteduh sambil menikmati mie
instan, gorengan, teh manis dan kopi.
Setelah
hujan cukup reda dan memasukan gadget dan kamera ke dalam plastik supaya tidak
basah, perjalanan kami lanjutkan.
Kabut
dari sisa hujan menaungi perjalanan kami dan dengan mantap kami mengayuh untuk
menuntaskan perjalanan kami sambil menikmati keindahan alam di kiri kanan kami.
Trek
yang menurun dan setelah dibasahi dengan hujan cukup membuat lintasan yang kami
lalui menjadi licin tetapi kami masih dapat melaluinya dengan menggowes
(gowesable).
Disela-sela
perjalanan kami berbincang dengan rekan-rekan yang baru saja kami kenal dan
tanpa terasa kami mudah akrab dan sekali-sekali kami bergurau tentang sesuatu.
Tak
lama berselang setelah menuruni turunan yang curam kami harus melintasi anak
sungai dan kami melaluinya dengan melintasi sebatang kayu, dengan saling
membantu diantara kami akhirnya kami tiba di seberang. Kami beristirahat
sejenak di bawaha pohon-pohon pinus yang rimbun dan diselingi dengan foto-foto
Tidak
lama berselang perjalanan kami lanjutkan dan kami menemui anak sungai kembali
yang airnya sangat jernih yang kemudian dipakai oleh beberapa rekan kami untuk
mencuci sepedanya terutama untuk membasahi dan membersihkan brake pad yang
terkena lumpur supaya tidak cepat habis.
Setelah
sungai kedua tersebut kami disuguhi jalur silet di mana itu adalah jalan
setapak yang di kiri kami adalah sawah dan di sebelah kanan kami ada sungai
kecil sehingga kami dihadapkan antara menuntun sepeda atau mengayuhnya. Pilihan
yang sulit dengan resiko terjatuh karena bekas hujan sehingga membuat licin
lintasan tersebut.
Pukul
14.00 akhirnya kami mulai ketemu perkampungan dan memasuki jalan aspal yang
menurun panjang menuju Kiara Payung. Dalam perjalanan yang menurun tersebut
akan ditemui pertigaan bila ke kiri akan menuju Tanjung Sari sedangkan yang ke
kanan akan menuju Jatinangor.
Tak
lama berselang kami tiba di warung Emak yang sudah terkenal di kalangan
pesepeda dengan menu minuman jahe campur gula merah dan makanan nasi dengan
lauk ikan ayam goreng dan gepuk juga sambalnya yang khas dihidangkan dadakan
sehingga hangat dalam penyajiannya.
Akhirnya
setelah acara puncak tersebut kami harus berpisah dan tak lupa kami saling
tukar no handphone agar tali silaturahmi tetap dapat terjaga.
Yogi Sunardi
Penikmat Sepeda dan Fotografi
0 comments:
Post a Comment