follow me #yogisunardi

Instagram

Twitter:

Pages

Friday, October 18, 2013

Touring Pelabuhan Ratu - Sawarna (Bagian 2)


Banten, 13 Oktober 2013

Puas menikmati pemandangan Sunset di Tanjung Layar tiba saatnya kami kembali menuju penginapan dan masih mengendarai sepeda, terlihat di sepanjang pantai masih padat dengan wisatawan lokal yang masih bertahan di sana.

Mengendarai sepeda di pasir pantai selain terasa berat juga dibutuhkan kehati-hatian bila tidak ban akan terbenam ke dalam pasir dan mengganggu keseimbangan pengendaranya, terlihat beberapa teman terjatuh diikuti dengan tawaan dan candaan lapas dari rekan-rekan di belakangnya.

Lampu di sepeda kami pun berkelap kelip saat melintasi pepohonan kelapa di bibir pantai yang akhirnya membawa kami tiba kembali di penginapan. Setelah istirahat dan membersihkan diri, acara selanjutnya adalah menikmati hidangan santap malam berupa ikan bakar sambil dihibur dengan siaran langsung pertandingan sepakbola.

Kami pun sepakat pada keesokan harinya setelah Sholat Subuh untuk bersepeda kembali mengejar pemandangan matahari terbit di daerah Karang Taraje dan Lagoon Pari, ditemani lampu sepeda yang berkelap kelip tak disangka tak diduga lintasan yang dilalui adalah lintasan tunggal (single trek) di kebun pisang menuju puncak bukit untuk kemudian berkelak kelok di antara pepohonan kelapa di dekat pantai Karang Taraje.
 
Di antara pasir putih yang terhampar luas dan tumpukan batu karang di ujungnya kami berfoto sejenak saat matahari mulai terbit di ufuk timur sana. Dari sini kami lanjutkan bersepeda kami menuju Lagoon Pari yang letaknya tak jauh dari Karang Taraje.

Lagoon Pari terkenal dengan air terjunnya bila ombak air laut sedang tinggi-tingginya, saat itu ombak sedang tidak pasang sehingga kami tidak bisa melihat air terjun khas Lagoon Pari.

Dari sini kami sepakat untuk kembali dulu ke penginapan untuk sarapan terlebih dahulu sebelum melanjutkan bersepeda menuju Gua Lalay. Saat tiba di penginapan rupanya hidangan sarapan belum tersedia sehingga acara kami diisi dengan mencuci sepeda yang tadi sempat terkena air laut baik di Karang Taraje maupun di Lagoon Pari.

Menuju Gua Lalay kami melalui  dua jembatan gantung, yang pertama saat dari penginapan menuju jalan raya, di sini  melaluinya harus mengantri bergantian antara yang hendak keluar maupun yang akan masuk. Perlu waktu yang cukup lama dalam antrian karena banyaknya pengunjung saat itu. Sebaliknya di jembatan gantung kedua relatif sepi pengunjung menuju kawasan ini.

Disebut Gua Lalay karena gua ini menjadi tempat atau rumah dari Kelelawar, di sini sepeda harus parkir di pos masuk sebelum memasuki gua dan kami harus menggunakan helm sebagai pelindung kepala saat melalui gua karena banyak stalactite yang cukup tajam bergantung di dalamnya.

Dibutuhkan sinar lampu yang cukup dan alas kaki yang kuat saat melalui dalam gua selain gelap juga dialiri air hampir satu lutut kala melintasinya. Gua ini buntu ke ujung satunya diperlukan untuk menyelam bila ingin tembus ke ujung satunya sehingga kami harus kembali arah menuju pintu masuk.

Kami bergegas kembali pulang ke penginapan selain cuaca hendak hujan juga waktu check out sudah tiba, sepeda-sepeda kembali disusun rapi dan kami pun siap untuk kembali ke Kota Bandung melalui jalan yang sama saat Sabtu kemarin kami bersepeda ke Sawarna. Di dalam kendaraan sudah pastinya kami membahas saat melalui lintasan ini diiringi canda tawa susah senang tentunya.

Idealnya bila ingin bersepeda ke Sawarna, alangkah baiknya untuk terlebih dahulu menginap di Pelabuhan Ratu supaya pagi-pagi sekali sudah bisa bersepeda menuju Sawarna dikarenakan lintasan dilalui cukup menantang dan cuaca yang cukup panas saat melaluinya.

File *.gpx Tanjung Layar-Karang Taraje-Lagoon Pari on:



































































Share On:

0 comments: